Namaku tak boleh disebut

Hari itu begitu indah, Harry, seorang anak lima tahun yang belum tahu seperti apa indahnya bangku sekolah, berjalan sendirian ke rumah Nonik, tetangga sebelah rumah yang kebetulan seumuran dengan Harry. Setibanya di rumah Nonik, Harry hanya menemui rumah kosong, tak nampak tanda tanda kehidupan sama sekali. Anak kecil memang pantang menyerah, Harry segera mengumpulkan tenaganya untuk memanggil nonik sekeras-kerasnya, tapi nihil.


Harry hendak berbalik pulang saat ada sepeda berhenti dibelakangnya. Harry menoleh, ternyata Mas Doni, kakak Nonik.
"Nonik dimana yah mas?"
"Lagi pergi, main sama mamas aja yuk"
"Beneran?"
Harry sangat gembira mendengar hal itu, ia tak pernah merasa punya kakak, ia sangat ingin pergi bermain dengan anak-anak yang lebih tua, tapi selalu diusir dan disurh main dengan teman seumuran. Dan kali ini, entah mimpi apa Harry semalam, Mas Doni, yang empat tahun lebih tua dari Harry mengajaknya bermain.
Baru beberapa saat mereka bermain robot, mas Doni mengeluh
"Bosan yah Harr," kata mas doni dengan bosan
"Biasa aja sih mas, mas mau main apa lagi"
"Mamas pengin ngerokok, kamu  punya uang nggak?"
"Enggak"
"Minta sanah, sama bapak kamu"
"Ah, entar dimarahin, rokok kan mahal"
"Ambil aja uang yang banyak, bilang entar kembaliannya dikembaliin"
Harry takut sekali kalau membantah mas doni, ia takut kalau teman teman mas doni nanti marah kepadanya. ia pulang dengan langkah gontai, ia berharap tak ada ayah di kamar, tapi harapannya tak terkabul, ayah baru selesai bekerja, sedang istirahat di tempat tidur, uang biasanya ditaruh dibawah kasur, tepat dibawah kaki ayah. ayah tersenyum melihat harry,
"Harry mau apa?"
"Mau jajan yah" kata harry sambil membuka kasur. hanya ada selembar uang seribu rupiah dan sekeping uang seratus rupiah, doni mengambil uang seribu. disambut senyum ramah ayah.
"Pakai yang seratus rupiah aja Harry," kata ayah ramah.
"Pakai ini aja ya yah, ntar kembaliannya harry kembaliin kok" kata Harry dengan senyum merayu. ia sangat berharap ayahnya mengijinkan.
"Ya udah gak papa, bener ya entar dikembalikan" kata ayah
harry segera berlari gembira, ia nggak akan dimarahi mas doni sekarang, ia sangat berharap mas doni dan teman temannya mau mengajaknya bermain bersama besok hari.
Mas doni sudah menunggunya, mereka berdua segera berlari ke warung dan membeli sebungkus rokok, Harry tak tau harga rokok waktu itu, entah habis atau kurang uang yang dia berikan ke mas doni. ia mendengar ketika mas doni berkata kepada bibi warung kalu mereka berdua disuruh ayah membeli rokok. doni melihat dengan jelas mas doni memasukan rokok ke dalam sakunya sembunyi sembunyi dan mengajak harry bersembunyi di pekarangan. mereka berdua merokok disana.
Setelah mas doni puas merokok, mereka pergi, dan inilah dilema yang tak pernah harry pikirkan, apa yang akan harry katakan kepada ayah nanti.
Harry pulang dengan memasang wajah sangat ramah, mengucapkan salam dan menyapa ayah dengan sangat ramah. Ayah ternyata sudah menunggunya pulang, tidak dengan wajah ramah, tapi dengan tatapan paling menakutkan yang pernah Harry lihat.
"Mana kembaliannya?" tanya ayah dengan nada sangat keras, harry sudah sangat ingin menangis, tapi masih berusaha ia tahan.
"Uangnya hilang, Yah". Jawab Harry dengan nada yang dibuat tegas
"Hilang dimana, ayo tunjukkan tempatnya" tanpa bertanya lagi, ayah menyeret Harry, kini tangisnya tak terbendung, ia sangat takut.
Aya terus menyeretnya tanpa peduli tangisan Harry memecah saentaro desa, Harry tak tahu kalau ternyata ayahnya sudah menanyakan apa yang ia lakukan dengan mas doni pada bibi pemilik warung.
Harry terus menjerit mencoba menghentikan langkah ayah, 
"Uangnya hilang disini yah, Harry tidak sampai warung" jerit Harry
 harry semakin takut saat Ayah ternyata membawanya ke warung dimana ia dan mas doni membeli rokok, kemudian bertanya.
"Bik, tadi Harry beli apa di sini?"
"Rokok" jawab bibi.
Ayah menyeret harry pulang ke rumah tanpa ampun, tanpa bicara, tanpa senyum ramahnya. harry tahu ia akan segera dimarahi habis habisan, tapi harry juga tak mungkin mengatakan bahwa ia hanya disuruh mas doni. Ayah tak bisa dihentikan sekarang, terus memukul harry dengan selendang, air mata Harry telah habis, ia hanya bisa terisak tanpa mengeluarkan air mata. ia berusaha meminta tolong agar ada tetangga yang kasihan kepadanya, dengan bahasa anak kecil tentunya, suara tangisan. ia mengeraskan suara tangis, kini ia sangat marah kepada ayah, tapi ibunya datang membawa selendang lain untuk membungkam mulutnya dan berkata.
"Diam kamu anak bandel"
mereka yang membuat harry menangis justru marah karena tangisan harry.
Harry merasa dunia ini sanga kejam, waktu berjalan begitu lambat sekarang. Harry tak ingin punya teman atau siapapun lagi. ia hanya terdiam dan membatin.
"Namaku Harry, aku tak tahu mengapa ini terjadi kepadaku, aku tak tahu dosa apa yang ku perbuat sehingga ketidak adilan ini menghantam keras hidupku, wahai dunia yang telah membuatku menangis, aku mungkin diam, tapi aku tak pernah melupakan ini, aku tak akan pernah dikalahkan lagi olehmu yang menghancurkan hatiku, menghabisi harapanku. hari ini aku kalah olehmu wahai dunia, tapi esok dan seterusnya akulah yang akan selalu mengalahkanmu, kau tak bisa menyentuhku apalagi menyakitiku. apalagi jiwa dan ragaku, namakupun tak akan ku izinkan untuk kau ucap. kau, dunia, dan semua yang tak adil padaku, takkan pernah menghancurkanku lagi. angin tak merobohkanku air tak membuatku hanyut. halangan tak akan memundurkanku dan manusia tak membuatku takut. tak akan kalian menyakiti jiwa ragaku, dan namaku tak boleh disebut"

1 Komentar

  1. First Casino To Offer No Deposit Bonus - Casinowoworld
    Last Updated: dafabet August 2021. First Casino To Offer No Deposit Bonus. Last Updated: August 2021. First starvegad Casino To Offer No Deposit Bonus. 퍼스트카지노

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak